Abstrak
Energi fossil adalah zat yang
diambil dengan penggalian atau pengeboran contohnya adalah minyak, batubara,
dan lain lain. Energi ini adalah energi yang berpotensi sekali untuk
penghidupan masyarakat banyak.
Salah satu dari pemanfaatan energi
ini adalah diolah untuk membuat listrik. Dengan bantuan banyak alat, energi energi
ini dapat berubah menjadi energi kinetik atau apapun yang dipakai biasanya
untuk menggerakkan generator, dan menghasilkan listrik.
Dalam kenyataan, Indonesia sudah
memanfaatkan sumber energi untuk dijadikan pembangkit. Contoh energi yang biasa
dipakai untuk pembangkit listrik adalah batu bara, minyak, panas bumi maupun
yang lainnya. Mayoritas dari pembangkit listrik ini menggunakan energi energi
yang berasal dari perut bumi yang berasal dari fosil fosil tumbuhan dan hewan
dimasa lampau, karenanya pasti akaan terjadi kekurangan secara perlahan-lahan
sampai akhirnya benar-benar habis.
Selain itu pemanfaatan energi fossil
menghasilkan dampak yang buruk bagi pemerintah.
Keyword : Energi
primitif, pembangkit listrik, merugikan, masyarakat, Bengkulu.
1.
PENDAHULUAN
Hampir mayoritas pembangkit listrik yang terdapat di
Negara Indonesia ini memanfaatkan energi batu bara. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) menyatakan, hingga penghujung 2019 bakal terdapat tambahan kapasitas
pembangkit sebesar 2.161,5 megawatt (MW). Kapasitas listrik tersebut terdiri
dari enam pembangkit yang didominasi oleh tenaga batu bara.
Menurut media yang sama keuntungan dari
batu bara yang terasa besar adalah biaya costnya yang lebih rendah dibandingkan
yang lain. Karena pengolahan dan eksploitasinya lebih murah dibandingkan
pembangkit lain. Kepala direktur bisnis PLN bagian jawa tengah menyebutkan
bahwa harga listrik dari PLTU merupakan yang
paling murah di antara pembangkit jenis lain. Saat ini, harga listrik dari PLTU
di angka USD 4 sen sampai USD 5 sen per kilowatt hour (kWh).PLTU
merupakan pembangkit yang mayoritas dipakai di Indonesia. Terdapat kurang lebih
11 PLTU dan itu merupakan terbanyak kedua setelah PLTA. Selain itu juga banyak
prestasi PLTU yang berhasil menghemat BBM dan dapat menyerap tenaga kerja yang
cukup banyak dari pembangkit tersebut.
2. PEMBAHASAN
PLTU
Menguntungkan Pemerintah
PLTU
merupakan pembangkit listrik yang memakan biaya yang murah dibandingkan
pembangkit lainnya. Dan di Indonesai PLTU menyumbangkan lisrik yang relatif
besar untuk segenap masyarakat yakni dari 1 x 600 MW sampai dengan 4 x 661 MW.
Disebagian
besar daerah di Indonesia PLTU merupakan pembangkit yang menguntungkan karena
membutuhkan dana yang sedikit dan dapat menghasilkan banyak tenaga.
Contoh
dari PLTU terdapat di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki tambang batu bara
dan sekaligus berdampingan dengan PLTU, sehingga makin dapat menekan dana untuk
biaya produksi PLTU tersebut.
Apa Itu Batu Bara?
Batu
Bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara
diperkirakan terbentuk selama 340 tahun di bumi yang mayoritas bermuatan dari
tumbuhan purba.
Pemanfaatan
batu bara adalah bisa digunakan untuk bahan bakar contohnya untuk PLTU, ataupun
dapat berfungsi sebagai bahan pencampur baja. berdasarkan
tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu,
batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus,
lignit dan gambut.
·
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam
berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98%
unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
·
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan
berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang
di Australia.
·
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air,
dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
bituminus.
·
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat
lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
·
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai
kalori yang paling rendah.
Proses
pembentukan batu bara dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni :
·
Tahap
Diagenetik atau Biokimia,
dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen
utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat
oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan
(dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
·
Tahap
Malihan atau Geokimia, meliputi proses
perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
Akibat Dari Pembakaran Batu Bara
Untuk Pembangkit Listrik
Dampak baik dari penggunaan batu
bara menjadi pembangkit listrik adalah biaya produksi dapat ditekan, yang
dijabarkan menjadi 10 point keuntungan memakai Batu Bara
1. Murah. Energi dari
batubara sangat murah, harganya cenderung tidak naik, bahkan saat sekarang
harganya terus menurun. Jauh lebih murah dibandingkan menggunakan tenaga angin,
tenaga surya atau biomassa.
2. Kontinyu, Predictable dan dapat diandalkan. PLTu dapat bekerja 24
jam sehari secara kontinyu.
3. Berlimpah. Jumlah cadangan
batubara di dunia masih sangat melimpah
4. Mudah terbakar, sehingga mudah menghasilkan energi
5. Infrastruktur untuk pertambangan, pemrosesan, transportasi dan
penggunaan batubara sudah tersedia.
6. Batubara gampang di simpan, ditransportasikan dan digunakan,
tak seperti jenis sumber energi primer lain seperti angin dan air.
7. Batubara bisa didapatkan diseluruh dunia dan mudah diakses oleh banyak orang. Tersedia banyak
cadangan batubara di Amerka Utara, Eropa, Asia dan Australia.
8. Produk akhir sisa dari
batubara dapat digunakan oleh industri yang lain seperti industri semen
9. Load Factor Tinggi. PLTU
memiliki load factor yang sangat tinggi, bisa hingga 80%
10. Indonesia bisa menggunakan batubara dari negaranya sendiri tanpa perlu
bergantung kepada negara lain.
Dampak buruk dari pembakaran
batu bara untuk dijadikan sumber energi listrik pasti berdampak bagi masyarakat
dan lingkungan. Salah satunya adalah zat sisa dari pembakaran pembangkit
listrik Emisi yang dihasilkan dari sisa pembakaran batu bara pada PLTU yaitu
emisi NOx, SOx, pm2.5 dan merkuri. Zat zat tersebut sangat berbahaya jika
terpapar ke tubuh manusia. Terutama merkuri adalah zat yang paling berbahaya
karena jika terkena kulit bisa korosif dan dapat merusak organ seperti
pencernaan, paru-paru, saraf, dan organ lainnya. Menurut Greepeace yang
merupakan penggiat udara sehat menyebutkan"PLTU
Batubara tersebar dan beroperasi di Indonesia, melepaskan jutaan ton polutan
setiap tahunnya. Dari waktu ke waktu udara kita dikotori dengan polutan beracun
seperti merkuri, timbal, arsenik dan kadmium menyusup ke dalam paru-paru,"
ujar Koordinator Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Hindun
Mulaika, di Jakarta, Minggu (7/2/2016).
Hasil
laporan Intergovernmental Panel on Climate Change 1.5 (IPCC) menyatakan dunia
harus mengurangi penggunaan batu bara hingga 3 persen jika tidak ingin terjadi
bencana perubahan iklim. Saat ini emisi karbon sudah sangat tinggi, dengan
teknologi USC atau apapun, yang ada emisi karbon batubara tidak akan berkurang,
pilihannya hanya menghentikan pembangunan PLTU batu bara dan melakukan
penutupan secara bertahap pembangkit listrik tenaga batu bara yang sudah
terlanjur beroperasi. Teknologi USC tidak ramah lingkungan, teknologi tersebut
hanya untuk menghemat penggunaan batubara tidak untuk mengurangi emisi karbon,
Selain itu khususnya pada masyarakat Bengkulu pembangunan
PLTU batu bara di Teluk Sepang banyak ditentang masyarakat. Masyarakat yang
bekerja sebagai nelayan berpendapat bahwa timbal timbal yang dibuang oleh PLTU
lewat air ke laut akan menyebabkan banyak terjadi kerusakan habitat
ikan(antaranews). Selain itu bagi petani kebun kebun mereka kena dampaknya
juga. Perkebunan mereka dihancurkan tanpa adanya ganti rugi bagi pihak petani
oleh pihak pembangun PLTU Teluk Sepang.
3.
KESIMPULAN
Setiap pembangunan PLTU pasti ada alasan dibaliknya bisa
berupa lebih murah ataupun yang lain tapi selain ada keuntungan harus juga
mempertimbangkan setiap kesulitan ataupun kesusahan di masyarakat. Salah satu
solusi dari permasalaahn ini diberikannya regulasi tentang PLTU itu sendiri
yang tidak merugikan masyarakat baik dalam sosial maupun kesehatan.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Lewerissa, Y. (2018). ANALISIS ENERGI PADA
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) DENGAN CYCLE TEMPO. Jurnal
Voering, 3(1), 23-30. https://doi.org/10.32531/jvoe.v3i1.85
Tidak ada komentar:
Posting Komentar